Singapura Pertimbangkan Vaksin Non-mRNA untuk Booster

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kesehatan Singapura Janil Puthucheary menyampaikan bahwa saat ini negaranya sedang mempertimbangkan kemungkinan menggunakan vaksin non-mRNA sebagai suntikan booster.

Komite Ahli Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) menyatakan bahwa mereka "secara aktif mempelajari strategi heterolog yang melibatkan vaksin non-mRNA".

Melansir Channel News Asia, lembaga ini juga mengatakan bahwa kementerian akan terus mengamati data global dan lokal, terutama terkait risiko efek samping vaksin, sebelum merekomendasikan suntikan booster untuk warga Singapura.


MOH tengah mempelajari kemungkinan merek vaksin yang berbeda akan lebih efektif digunakan sebagai suntikan booster. Beberapa penelitian telah menunjukkan hal itu bisa dilakukan.

Beberapa jenis vaksin non-mRNA yang direkomendasikan oleh WHO ialah Oxford-AstraZeneca, Johnson & Johnson, dan Sinopharm.

Tak hanya mempelajari vaksin non-mRNA, Singapura juga membuat berbagai kesepakatan dan merencanakan pemberian vaksin booster bagi warganya.

"Kami memiliki strategi yang sengaja ditujukan untuk mendapatkan portofolio vaksin yang menggunakan teknologi berbeda, untuk meningkatkan peluang kami dalam mengamankan vaksin yang akan terus aman dan efektif melawan COVID-19," tutur Puthucheary.

"Kami sedang bernegosiasi dengan pemasok untuk memberikan kami suntikan penguat non-mRNA, dan beberapa sedang mempersiapkan aplikasi mereka untuk PSAR (jalur akses khusus pandemi)."

PSAR sendiri diperlukan dalam proses perizinan Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura untuk memberikan otorisasi sementara bagi vaksin yang akan digunakan di Singapura.

Vaksin Sinovac salah satunya, diberikan otorisasi ini pada bulan Juni setelah mendapatkan izin penggunakan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

MOH sendiri tengah merekomendasikan agar manula 60 tahun ke atas menerima vaksin booster enam sampai sembilan bulan setelah suntikan vaksin kedua. Sementara itu, individu dengan gangguan kekebalan harus mendapatkan vaksin booster dua bulan setelah mereka mendapatkan dosis kedua.

Singapura juga telah menandatangani perjanjian pembelian di muka dengan perusahaan bioteknologi Amerika Novavax untuk mengamankan vaksin berbasis proteinnya. Rencananya, vaksin ini akan tiba sebelum akhir tahun.

Sampai 9 September 2021, 81 persen masyarakat Singapura telah mendapatkan vaksin Covid-19 dengan dosis lengkap, sementara 85 persennya telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.

(isa/bac)

[Gambas:Video CNN]

0 Response to "Singapura Pertimbangkan Vaksin Non-mRNA untuk Booster"

Post a Comment